08 Desember 2008

11656,908 Mhz

“Zzzzz..... zzz... pipip,pipiiiipp..” Shella mengotak-atik tombol radionya. berusaha mencari sebuah chanel saluran radio kesukaannya. Yaitu saluran yang menyajikan berbagai musik-musik terkenal.
“Tnnttttt... He, pipiiiiiipp.. piiipp.. Zzzzz... srk... Hey, hey you, you...” tak sia-sia usaha Shella. Saluran kesukaannya pun muncul.
“Yak, kembali lagi ke chanel 11656,908 Mhz dalam acara, musik asyik,” terdengar suara penyiar radio yang kurang enak didengar. Pasalnya, suaranya rada-rada serak dan berat. Agak melengking, sehingga terdengar menakutkan. Beberapa saat kemudian, setelah lagu habis...
“Oke pendengar yang masih setia di depan radionya, sekarang, kita sedang kedatangan tamu yang katanya, asal muasalnya jauh banget. Katanya, sih, sekitar 15161566666666666 km dari sini, tapi, ya gak apalah. Mari, kira berbincang-bincang dengan beliau,” kata penyiar radio yang aneh itu. Shella berpikir, mana mungkin??? Jauh amat tuh, orang tinggal. Tapi, Shella tetap setia didepan radionya.
Akhirnya, acara bincang-bincang pun selesai. Dan acara selanjutnya adalah tanya jawab seputar musik. Sepertinya, Shela berminat untuk mengikuti acara itu. Sebab, udah pada tau, donkkk.. imbalannya pun pasti ada!! Hehehe..
“Tiittt.... tiiitttt..... tiiittt... halo, selamat siang? Dari siapa dimana??” akhirnya, telepon Shella pun tersambung juga.
“Dari Shella di Banjarmasin, Mbak!” jawab Shella.
“Oke, kata kuncinya?”
“Apa, ya, Mbak? Saya kurang tau. Karena baru hari ini saya menemukan saluran ini,” sahut Shella kebingungan.
“Hihihihihihiiiii... hihihihiii.. ngomong apa, mbak?? Ini saluran sudah ada 5o tahun yang lalu!! Jangan mengada-ada. Lagian, di Banjarmasin, di pemakaman mana, Mbak??” terdengar seseorang tertawa. Suara tawanya ‘kelewat batasan manusia biasa’. Ya, sebab, suara tawanya melengking tinggi seperti suara hantu-hantu yang ada di TV tertawa pada umumnya. Cukup membuat bulu kuduk Shella berdiri semua.
“M, m, Mbak! Tapi, saya berkata jujur. Saluran ini baru saja saya temukan. Baru kali ini. Trus, apa maksud Mbak dengan kata ‘pemakaman mana’?” Shella ketakutan. Setelah itu, tak ada jawaban. Sepertinya, sengaja ditutup.
************
“Astaghfirullah, hari sudah terlalu larut. Dan sebentar lagi waktunya sholat subuh akan tiba. Sebaiknya, aku sholat tahajud dulu. Mumpung sempat. Tapi, sepertinya, waktu berjalan cepat banget, deh! Perasaan, waktu aku nyalain radio tadi baru pukul tiga-an, deh! Kok, sekarang sudah hampir pagi, ya?” Shella bertanya-tanya dalam hati. Binguunggggg, deh, Shella!!
Usai sholat tahajud, panggilan yang agung berkumandang,
“Allahuakbar... Allahuakbar...” cepat-cepat Shella kembali hanyut dalam keseriusannya sholat. Sungguh tenang. Setelah sholat, Shella bersiap pergi ke kampusnya. Anehnya, padahal Shella terjaga dari tidurnya semalaman. Tetapi, tak ada rasa kantuk sedikit pun yang hinggap. Ingin cepat-cepat rasanya Shella sampai di kampusnya. Ia ingin membahas soal saluran dan penyiarnya yang aneh.
Sesampainya di kampus, Shella langsung diserbu oleh teman-temannya.
“Assalmu’alaikum, Shella,” sapa Monik, sahabat dekat Shella.
“Wa’alaikumsalam, Nik! Eh, aku sedang ada maslah, nih! Penting dan serius. Kalian mau dengar, kan?” kata Shella.
“Apaan, tuh? Boleh tau?” sahut Koko.
“Gini, lho, kemarin siang, aku nyalain radioku. Setelah itu, aku sibuk mengotak-atik radioku agar salurannya terdengar bagus. Ya, alhasil, aku menemukan sebuah saluran dengan alamat yang panjang banget,” Shella mulai bercerita.
“Hah? Terus, terus..” Monik mulai penasaran.
“Ya, terus, aku biarkan dan aku dengarkan sampai habis. Dalam saluran itu terdapat acara bincang-bincangnya. Tau ,nggak, tamunya berasal dari mana?” tanya Shella. Semua yang ditanya menggelengkan kepala.
“Aku juga nggak tau, sih.. tapi, tau nggak jarak dari tempat asalnya sampai ketempatnya!? Bayangkan!! 15.161.566.666.666.666 km!!!”
“Hahhhhhh??? Ah, jangan ngaco, kamu! Mana mungkin? Itu, sih jarak dari bumi ke suatu planet!” sahut Mala.
“Sstt.. dengerin dulu, dong! Ini beneran. Aku nggak mengada-ada! Sumpah! Suerr!!” Shella mencoba meyakinkan Mala yang super cerewet itu.
“Iya, deh, iya!” terlihat wajah Mala yang memerah antara marah dan malu.
“Nah, lanjutannya, suara si penyiar itu terdengar sangat menakutkan bagiku. Iihh.. ngeri banget, deh! Nah, selesai acara bincang-bincang, ada acara tanya-jawab seputar musik. Saat itu, aku juga ikutan. Teleponku pun tersambung, suara si penyiar itu semakin terdengar sangat menakutkan waktu itu. Si penyiar langsung bertanya begini, ‘Dari siapa dimana?’, begitu. Lalu, aku jawab saja dari Shella di Banjarmasin. lalu, si penyiar tadi menanyakan kata kuncinya. Aku yang baru saja bergabung, mana tahu, kan? Lalu, aku jawab saja tidak tahu dan baru saja nemuin saluran itu. Eh, malah mendapatkan jawaban yang menakutkan. Yaitu berupa tawa yang melengking dan sahutan-sahutan bagini, ‘Ngomong apa, Mbak? Ini saluran sudah ada 50 tahun yang lalu. Jangan mengada-ada, Mbak. Lagian, di Banjarmasin, di pemakaman mana?’, begitu jawabannya. Pas aku mau tanya balik, eh, malah diputus.. ngeri, deh! Tau, nggak apa yang terjadi setelah itu? Waktu aku nyalain radio, kan masih siang, tuh, setelah aku matiin radio, waktunya sudah subuh dan sebentar lagi waktu sholat subuh tiba! Padahal, perasaan, ya, ga sampai tiga jam aku nyalain radio. Ya, setelah itu aku sholat tahajud, disusul sholat subuh,” Shella menceritakan panjang lebar.
“Hiiiii.. beneran, tuh? Nggak bohong, kan?” Mala bergidik ngeri.
“Iya! Beneran!” Shella membentuk tangannya menjadi seperti huruf ‘V’.
“Oh, iya! Katanya, kan, saluran itu sudah ada sejak 50 tahun yang lalu. Mungkin, aku bisa bertanya pada Nek Ijah, pengasuhku dulu, semasa aku kecil, mana, alamat radionya?” Monik memberi solusi.
“Alamatnya, kalau nggak salah, ngg.. 11656,908 Mhz, kali, ya??” jawab Shella sambil mengingat-ingat alamat salurannya.
“Oh, okey! Bel masuk sudah berbunyi, tuh! Dah..” Mala bersiap-siap masuk. Ya, walaupun satu kampus, jurusan mereka berbeda-beda.
“Oke, dahhhhhh...” Shella melambaikan tangan yang dibalas kembali oleh teman-temannya.
************

Pagi hari yang cerah dengan pemandangan yang indah ditambah udara yang masih bersih dan sejuk. Sungguh menyehatkan badan. Walaupun begitu, pemandangan yang indah tak dapat mengobati rasa gelisah dan cemas yang tercampur aduk dalam hati Shella. Ia tak dapat melupakan kejadian semalam. Ia juga cemas dengan berita yang akan disampaikan oleh Monik. Sesampainya di kampus,
“Monik, Monik! Sini!” Shella memanggil Monik dan yang lainnya.
“Iya, sebentar,” sahut Monik.
“Nah, gimana? Dapat?” tanya Shella.
“Ya, dapat. Dan jawabannya sungguh mengejutkan. Semua ceritamu juga kuceritakan pada Nek Ijah. Dan hasilnya, beliau sangat terkejut, katanya, sih, begini, ‘11656,908 Mhz??!! Astaghfirullah, ya ampun, nak! Itu adalah saluran radio sudah ada sejak nenek berumur 15 tahun-an. Acara-acaranya sangat menarik, tapi.. sangat disayangkan,’ kata-kata Nek Ijah terputus seakan berat untuk memberi tahukannya. Tapi, aku terus mendesak. Hasilnya, Nek Ijah mau membuka mulutnya kembali, ‘ sayangnya, tempat perusahaan itu hancur. Tetapi, masih saja tetap digunakan. Alhasil, suatu ketika, aliran listrik yang tak begitu memadai, mengalami konsleting. Dari situ, muncul percikan api yang akhirnya membesar. Padahal, didalamnya terdapat ribuan karyawan. Bahkan, ada anak-anaknya juga!! Setelah api padam, bangunan itu menghilang. Bahkan, sampahnya pun tak ada. Seperti tidak habis kebakaran saja. Mayat-mayat yang ada didalamnya pun tidak ada. Sampai sekarang, hal itu masih menjadi misteri. Mengapa semuanya menghilang? Reruntuhannya pun tidak ada yang tertinggal satupun, begitu juga dengan jejak-jejak mayatnya. Polisi akhirnya menyerah dan kasus ditutup. Tetapi, saat nenek berjalan pulang, nenek menemukan sebuah liontin. Dan liontin itu ternyat punya sahabat nenek. Sampai sekarang, liontin itu tetap ada. Dan anehnya, mengapa perusahaan itu dapat bekerja di alam sebelah sana? Ya, itu sebuah misteri, dan mungkin, mengapa waktu terasa cepat saat temanmu itu menyalakan radio? Itu karena waktu yang berbeda. Dan saat waktu menjelang subuh, pastilah tidak ada yang tahan adzan subuh. Maka, putuslah sambungannya. Dan mengapa temanmu tidak merasa ngantuk sedikit pun? Mungkin, di alam sana, waktu masih siang, dan temanmu itu terpengaruh waktu disana,’ begitulah. Dan hanya itu berita yang kudapat.....” Monik mengakhiri ceritanya.
Hening. sunyi senyap terasa setelah Monik selesai bercerita. Semua tegang dan bulu kuduk berdiri.
Jawaban yang diluar dugaan. Seketika itu juga, Shella jatuh pingsan! Saat itu juga, terdengar jauh suara orang tertawa melengking. Dan itu, hanya Shella yang tahu..“Hihihihihiiii...”

Tidak ada komentar: